Rabu, 28 September 2011

Tanaman buah dalam pot ,solusi bertanam di lahan sempit.

   Pada tabulampot air dan pupuk dapat diserap sampai 80 persen. Sedangkan pada tanaman biasa air dan pupuk menyebar ke sekitarnya. Tinggal di perkotaan tapi ingin memuaskan hobi sekaligus memiliki kebun buah-buahan? Bisa. Ada tabulampot (tanaman buah-buahan dalam pot). Tak perlu lahan yang lapang, cukup di tempat terbatas, dan dapat diatur sesuai keinginan. Dalam kaleng bekas cat, drum, atau wadah-wadah lainya. Mediumnya pun bermacam. Tanah adalah medium yang biasa. Atau, Anda dapat memanfaatkan sekam.

”Sekarang model seperti ini lagi tren,” kata Marsono, konsultan pertanian dan pemasaran dari PT Niaga Swadaya pada pameran tanaman yang diselenggarakan Trubus di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, pekan silam.

Sebenarnya menanam tanaman buah dalam pot sudah lama dilakukan orang. Setelah besar biasanya tanaman dipindahkan ke lahan. Namun, tabulampot baru menjadi tren karena kini dianggap indah, dan bila dibisniskan hasilnya memuaskan.

Tabulampot bisa menjadi solusi bagi yang ingin berkebun di lahan sempit. Dengan memanfaatkan lahan yang tidak luas, beberapa jenis tanaman bisa ditempatkan dalam lokasi yang berdekatan. Selain itu, hampir semua jenis tanaman buah-buahan bisa ditanam dalam tabulampot. Seperti sawo, mangga, rambutan, jeruk, belimbing, kedondong, jambu air, nangka, salak,durian dan lainnya bisa dijadikan tabulampot.

Dari semua jenis tabulampot, yang paling mudah ditanam adalah mangga dan jambu air. Sedangkan tanaman lainnya perlu ketekunan karena memiliki karakter yang berbeda. Selain itu, pada tabulampot proses berbuahnya lebih cepat dibanding tanaman biasa. Mangga tabulampot, misalnya, bisa berbuah dalam waktu sekitar tiga tahun. Mangga biasa perlu waktu hingga lima tahun.

Itu karena tabulampot ditanam di tempat yang terbatas sehingga pasokan air maupun pupuk bisa diatur sesuai keinginan dan tidak tersebar ke mana-mana. Berbeda dari tanaman biasa yang ditanam di atas lahan, pasokan air dan pupuk bisa menyebar ke tempat sekitarnya sehingga kebutuhan tanaman pada dua hal itu berkurang. ”Pada tabulampot penyerapan air dan pupuk sampai 80 persen,”.

Bila sudah tumbuh besar, tabulampot bisa dipindah ke tempat lain yang lebih besar. Rasa buahnya juga tidak berbeda dari tanaman biasa. Merawatnya juga tidak jauh berbeda dari tanaman biasa yang memerlukan air, pupuk, penggemburan, penyemprotan hama, dan sanitasi lingkungan.

Terbatas

Memiliki tabulampot bukan tanpa kelemahan. Karena peredaran akarnya dibatasi, otomatis kemampuan berbuahnya juga terbatas. Sebatang mangga tabulampot maksimal bisa menghasilkan buah antara lima sampai delapan untuk sekali musim panen. Berbeda dari pohon biasa yang jumlahnya bisa banyak. Kalau dipaksakan tanaman bisa tidak berbuah di musim berikutnya, atau mati. ”Karena itu, sebaiknya tabulampotnya banyak sehingga jumlahnya sama dengan sebuah pohon biasa.”

Usia sebuah tabulampot mangga maksimal sekitar 10 tahun. Pohon mangga biasa bisa puluhan tahun. Bagi yang hobi, kendala itu tidak menjadi masalah. Banyak orang yang bisa meraih sukses dengan hobi ini.

Bila tanaman terus berkembang, drum yang digunakan sebagai tempat menyimpan tabulampot jebol karena berkarat. Agar akar tidak tembus ke tanah, mengganjal alas drum dengan batu bata secukupnya guna mencegah akar pohon masuk ke dalam tanah.

Tabulampot Mangga Paling Diminati

Dari tabulampot buah-buahan, tanaman mangga yang paling diburu pecinta tabulampot. Marsono, konsultan pertanian dan pemasaran PT Niaga Swadaya, mengungkapkan, tabulampot mangga yang belum berbuah biasanya dijual sekitar Rp 200 ribu per pohon. Namun, yang sudah berbuah bisa mencapai Rp 400 ribu lebih per pohon. ”Soalnya sudah terbukti berbuah dan terlihat cukup menarik,” katanya beralasan.

Ucapan Marsono itu dibuktikan oleh Wahidin Yunus, salah seorang pengembang tabulampot yang sukses. Tanaman mangganya yang ia buat tabulampot dengan modal sekitar Rp 100 ribu ia bisa menjual kembali seharga Rp 1,5 juta.

Mangga tabulampot miliknya bisa menghasilkan buah hingga 40 buah sekali musim panen. Ia mengakui, tanaman mangga paling mudah dijadikan tabulampot karena itu tanaman ini menjadi favorit para penggemar tabulampot, baik pemula maupun yang sudah lama.

Harga bibitnya relatif tidak terlalu mahal, yakni sekitar Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu dengan tinggi sekitar satu meter tiap pohon. ”Biasanya sekitar enam bulan sudah bisa panen,” ungkap Marsono.

Tentang bibitnya, Wahidin Yunus, salah seorang pengembang tabulampot yang sukses, mengaku memburunya hingga sampai ke Majalengka, Jawa Barat. Kawasan itu memiliki bibit tanaman, terutama untuk tabulampot, yang baik.