Rabu, 28 September 2011

tabulampot kelengkeng


Cara Menanam di Pot
Menanam lengkeng/kelengkeng di pot (tabulampot) tentu berbeda caranya dibanding menanamnya di atas tanah halaman atau kebun. Butuh trik tersendiri untuk menanam dalam pot agar tanaman tumbuh subur, meski media tanam dan haranya terbatas.
Caranya, letakkan styrofoam setebal 5 cm di bagian dasar pot, mengikuti bentuk pot. Pecahan genting atau batu bata juga bisa menggantikan styrofoam, tapi akan membuat pot lebih berat. Pemasangan ini bertujuan agar air yang disiramkan bisa turun dan keluar dari pot.
“Kalau airnya banyak enggak keluar, pertumbuhan pohon jadi enggak maksimal. Sebab, di situ kan, ada cacingnya juga. Media tanam yang enggak tepat juga bisa membuat pohon tidak tumbuh baik,” jelas Tardi. Di atas styrofoam, masukkan campuran tanah, pupuk kandang dan pasir, atau serutan kayu dengan perbandingan 2:1:1.
Tinggi campuran tanah ini sekitar 20 cm. Masukkan pohon lengkeng, lalu masukkan campuran tanah, pupuk, dan serutan kayu atau sekam sebagai penutup. Terakhir, siram pohon sampai air keluar dari bagian bawah pot.
Untuk perawatan selanjutnya, cukup siram pohon dua hari sekali dan lakukan pemangkasan cabang serta buah. Tardi menambahkan, pohon lengkeng bisa langsung dipindahkan ke pot tanpa harus diaklimatisasi alias disesuaikan dulu dengan cuaca di tempat tanamnya.
Soal wadah yang dipilih untuk menanam, bisa tergantung selera. Drum yang dibelah lebih awet selama lima tahun sebagai pot. Namun, pot plastik diameter 70 cm pun boleh. Hanya saja, lebih mudah pecah.
Untuk menghindari hama lengkeng yaitu kutu putih, tutup buah dengan keranjang anyaman bambu. Untuk menghilangkan kutu, semprot dengan insektisida atau sikat daun yang terkena kutu dengan sikat gigi. Bila daun yang terkena cukup banyak, rontokkan daun agar segera tumbuh daun baru.

 
Agar Berbuah Lebat
 
1. Memangkas
Saat tajuk pertama muncul, disarankan untuk dipangkas agar buah yang dihasilkan bisa rindang alias tidak tinggi.
2. Menyiram
Cara menyiram harus benar, karena volume media tanamnya tak banyak. Jadi, dua hari sekali harus disiram sampai airnya keluar meluber dari pot bagian bawah.
3. Pupuk
Selalu gunakan pupuk kandang, agar hasilnya lebih baik dan pohon tumbuh subur. Untuk tabulampot, setiap 3 bulan sekali (minimal 6 bulan sekali) ambil separuh tanah yang jadi media tanamnya, masukkan pupuk kandang ke dalam pot dan tutup lagi dengan sedikit tanah. Siram dengan air sampai tanah benar-benar basah.
Cara ini akan membuat daun muda cepat tumbuh, sehingga cepat berbunga. Pupuk kimia seperti NPK boleh digunakan, tapi cukup sedikit saja, sebulan sekali. Penggunaan potasium klorat yang dikenal sebagai bahan peledak juga bisa digunakan untuk merangsang pertumbuhan bunga, walaupun lengkeng sebetulnya tetap bisa berbuah tanpa harus dirangsang. Penggunaan pupuk kimia justru membuat tanah jadi keras.
4. Perontokan
Umumnya, lengkeng pada pembuahan pertama dagingnya kurang tebal. Ketebalan daging baru bisa dilihat setelah lengkeng 2-3 kali berbuah. Agar mendapatkan buah yang maksimal, rontokkan bunga yang pertama kali muncul. Sehingga, cabang akan bertambah dan bunga akan makin banyak. Bila bunga kedua sudah muncul tapi cabang belum ada, bunga bisa kembali dirontokkan.
5. Ganti Media
Masa produktif tabulampot lengkeng adalah usia 3 – 10 tahun. Agar tetap produktif selama masa itu, setidaknya setahun sekali ganti media tanamnya agar tidak keras, atau beri pupuk kandang.
6. Cangkok
Tabulampot yang sudah tinggi dan besar bisa dicangkok untuk dijadikan beberapa tanaman baru. Sehingga cabang yang tumbuh tak akan besar, karena bagian atasnya sudah dipangkas dan pohon jadi rimbun.

  Menanam lengkeng dalam pot? Mengapa tidak! Lengkeng sekarang sudah “modern”, sudah bisa berbuah meski tinggi pohon cuma dua jengkal.
Aturan” yang menyebutkan perlunya pohon lengkeng berjenis kelamin sepasang – laki-laki dan perempuan – agar si pohon bisa berbuah, kini tak berlaku lagi. Penantian bertahun-tahun yang dulu dilakukan agar si mata naga ini bisa dipetik dan dirasakan manisnya, juga sirna.
Kini, berkat kemajuan di dunia pertanian, buah lengkeng sudah bisa berbuah meski pohon terbilang masih pendek. “Lengkeng sekarang sudah modern,” ujar Sutardi, pemilik Bimo Nursery di kawasan Tangerang. Maka, bila Anda penggemar buah bulat yang manis ini, tak perlu pusing bila hanya punya lahan sempit di rumah.
Menanam lengkeng dalam pot kini menjadi pilihan banyak orang. Meski hasilnya memang tak sebaik bila ditanam di tanah yang memiliki jumlah hara lebih banyak, bukan berarti tabulampot (tanaman buah dalam pot) lengkeng yang kini jadi tren tak berbuah maksimal, lho!
Selain daunnya bisa rimbun, tabulampot lengkeng juga bisa berbuah banyak. Jenis pingpong, misalnya, meski tingginya hanya dua jengkal orang dewasa, sudah bisa berbuah, karena memang sifat pohonnya yang sudah mampu berbuah sejak kecil.
Hanya saja, jumlah buahnya memang lebih sedikit bila pohonnya masih kecil. Makin besar pohon, makin banyak buahnya. Namun, ukuran buah relatif tak jauh berbeda. Kecil atau besarnya buah tergantung dari banyaknya buah dalam satu pohon. Jika dalam pot berat buah sudah lebih dari 10 kg, ukuran buahnya akan kecil.
“Jadi, jumlah buah untuk tabulampot umumnya diperjarang, agar ukurannya membesar. Kalau tidak, ukuran buah jadi tidak maksimal,” papar Tardi sambil menambahkan, selain memperjarang buah, memangkas cabang yang tak perlu juga harus dilakukan agar pohon tumbuh maksimal.

Pingpong Jadi Idola
Benarkah lengkeng hanya bisa tumbuh subur di kawasan dataran tinggi? “Enggak, kok, lengkeng zaman sekarang cocok saja ditanam di dataran rendah maupun tinggi. Tapi memang, sih, di daerah yang sejuk akan lebih bagus tumbuhnya,“ papar Tardi.
Lengkeng juga, lanjutnya, tak perlu ditanam sepasang (berjenis kelamin laki-laki dan perempuan) seperti pada zaman nenek moyang dulu agar bisa berbuah. Untuk bisa berbuah, jenis-jenis lengkeng masa kini yang kebanyakan dari Thailand cukup membutuhkan satu pohon saja, dan tak perlu tumbuh tinggi.
Lengkeng juga punya banyak jenis, baik lokal maupun impor. Menurut Tardi, semua jenis lengkeng umumnya bisa ditanam dalam pot. Beberapa jenis di antaranya, diamond river, itoh, kristal, pingpong, puang rai, dan lengkeng aroma durian.
Kebanyakan bibitnya berasal dari Thailand. Diamond river memiliki daun berwarna hijau cerah dengan panjang 10 cm, buahnya berdaging tebal, berair, biji kecil dan beraroma. Jenis itoh yang ukuran buahnya sebesar uang logam Rp 500 memiliki ciri buah mirip diamond river, tapi ukuran daunnya sekitar dua kali panjangnya.
Daun kristal mirip dengan daun itoh, berwarna hijau muda dan kurus, dengan buah berdaging setebal 4-5 mm, kering, kenyal, dan sangat manis. Yang kini sedang jadi “idola” dan paling banyak dicari adalah jenis pingpong, dengan daun berbentuk oval dan melengkung ke bawah, warna daun lebih gelap dibanding diamond river.
Sesuai namanya, jenis ini menghasilkan buah berukuran sebesar bola pingpong, dengan daging tipis, biji besar, kering, dan beraroma. “Semua lengkeng pasti manis. Tapi, manis atau tidaknya buah biasanya tergantung curah hujan. Makin banyak curah hujan, manisnya berkurang,” papar Tardi, seraya mengatakan, lengkeng impor banyak juga yang dikawinsilangkan oleh petani lokal, sehingga menghasilkan jenis baru.
Semakin besar pohon, semakin banyak buah yang dihasilkannya. Itu pula penyebab makin tinggi pohonnya, makin mahal harganya. Pohon setinggi 1 meter harganya mulai Rp 300 ribu, sedangkan yang tingginya 2 meter harganya mulai Rp 600 ribu. Lengkeng jenis diamond river dan lainnya relatif lebih murah, sekitar separuh harga jenis pingpong.
Bila diamond river dan jenis-jenis lain dengan ketinggian pohon 50 – 70 cm dijual dengan harga sekitar Rp 45 ribu, harga jenis pingpong sekitar Rp 70 ribu. Sedangkan lengkeng rasa durian harganya bisa mencapai dua kali lipat dari pingpong.
Lengkeng “modern” yang perawatannya tidak sulit, menurut Tardi, tak kenal musim panen. Setiap selesai dipanen, pohon langsung siap berbunga. “Tiga bulan sekali berbuah. Kalau sekarang panen, bulan berikutnya tumbuh daun dan berbunga lagi. Jadi, sepanjang tahun bisa berbuah,” jelasnya lagi. Yang penting, imbuhnya, cara penyiraman harus benar, agar daun tak rontok dan berwarna kuning.
Usia 2 – 3 bulan atau pohon setinggi sejengkal tangan orang dewasa, lengkeng sudah bisa berbuah, meski buahnya tak banyak dan belum besar. Tabulampot lengkeng setinggi 1,5 m dan bercabang banyak yang ditanam dalam drum bisa menghasilkan 5 – 8 kg buah dalam sekali panen.
Mungkinkah lengkeng mogok berbuah? “Ya, mungkin saja. Penyebabnya bisa karena terlalu gemuk atau rindang. Cara mengatasinya, pangkas saja cabang-cabang yang tidak perlu,” pungkas Tardi.